Sunday, February 21, 2010

Main Bola



Aduh gimana ya nek, masak minggu lalu eke diajakin main bola. Aaaaa…. Ajakan itu aja udah anehnya bin ajaib mentok. Secara diriku yang sehari-harinya pakai high-heels dan berjalan stomping ala Karenina di catwalk gitu kok ya tetep aja diundang. Mampuslah eikehhh!

Jadi ceritanya ini iseng-isengnya bos eke. Lagi bosen sore-sore terus dia nantangin bos dari kantor sebelah aja gitu. Terus kayaknya diana ini kekurangan pemain sampe last minit.

“Ladyyyy…. Pokoknya gue ngga mau tau lu kudu harus musti (bok ini kan redundant ya pengulangannya) main bola sama kita!”

Uh itu wig scarlet yang bernuansa lembayung (actually lembayung itu apa siy sebenernya) sampe hampir roboh, eh lepas, kejar-kejaran sama pak bosku yang satu ituw.

Karena eke males ya disuru lari-lari eke dengan sangat terpaksa akhirnya maunya cuman berdiri-diri cantik aja di lapangan pada hari Minggu pagi itu. Walhasil setelah adu urat leher, eke dikasilah posisi di bagian back. (Ih suka deh kalo main2 belakang gini nek!).

Pasanglah kaca mata hitam aviator terkini dari rumah mode Tompord (kawe1 lho!) dengan cantek. Untung tim kantor ai lumayan agresip. Jadi eke cuman senyum-senyum manies aja dari ujung sana deket Bang Boom-Boom (don’t ask me tentang panggilannya), yang bertindak selaku sang penjaga gawang.

Hore. Hore seru… Jadilah pada tereak-tereak satu lapangan.

Dalem hati, “Ih ga ada kerjaan banget siy orang-orang ini yaaa. Bola cuman satu aja kok ya dikejar-kejar. Mending kalo udah dua, kasi eike sini biar eike remes dengan cinta kasih. Hihi. Eh tadi mana kuteknya ya, yang kanan belum selese niy…”

Skor waktu itu menunjukkan 2-1 untuk tim kita kalo ndak salah, abis jauh nek, udah gitu silau, jadi males mantengin papannya.

Eh tau-tau ada lekong leuncah pisan euy yang berlari dengan gagahnya ke arahku.

“Oh my God, oh my God, oh my God, lucu bangedddd…. Aaaa… sindang nekkk yuk maree main sama Lady ajwaaaaaa….”, dalam fikirku.

“Lady!!! Buruan di blok kenapa… BLOKKKKK!!!!”

Masih mikir sejenak. Blok itu maksudnya eke disuru nahan anak baru kantor sebelah yang leuncah ini? Eh mau, mau kalo ditahan.Terus nahan pake apa ya? Pake kaki? Pake tangan? Pake dada? Aaaa. Bingung…. Terus nahannya gimana ya? Apa eke colek aja? Apa dipelorotin celananya (hmm)? Apa gimana dung? Aih eke panikkk nih. Panikkkk……

“Lady capcusssss!!!!!!! Dia udah makin deket gawang kita o’on!!!”

“Iya sabar k’nape? Ini lagi susun-susun strategi cantek you knowwwww!!” aku berteriak kesal kepada penjaga gawang tambun satu itu.

Eh dengan sekonyong-konyong tanpa persiapan si pria lucu itu tiba-tiba menabrak diriku sehingga aku terhuyung dan terkapar di lantai, eh dansa kali ya, maksudnya di rumput….

Bola terlepas dari giringannya. Pandangan kami bertumpu. Serasa dunia ini berhenti ya oliiiii. Soundtrack di belakang mengayun dengan indah: “Ohhh… Mai loppp… mai darleng… aif hangger…. (hanggar itu yang buat nyimpen pesawat kan ya) for yor tachhhhhhh….”

“Maaf ya, haduh, jadi nabrak gini. Kamu ga papa kan?” dia bertanya dengan lirih.

“Oh… gapapa kok…”

“Sini aku bantu berdiri….”

Bola yang terlepas itu kini disambar oleh rekannya dengan manis dan langsung ditendang kearah gawang yang ternyata masih cukup lebar (walaupun sudah dihalang-halangi oleh tubuh tambun Boom-Boom). Dan hasilnya: GOL satu lagi untuk mereka.

“Beneran aku gapapa kok mas…” kugapai tangannya sembari malu-malu.

“Masyaolo bujugbuneng!!!” tiba-tiba aku berteriak.

“Eh kenapa-kenapa?” mas ganteng itu jadi ikutan panik

“Eh… eh… engga kenapa kok (sembari berbisik ke dia): Tadi pas berdiri ga sengaja liat jeplakan kentimu di celana bola tipis itu…. Kayaknya gede banget yaaaa burungnyahhh… ihihihi…”

“Ah kamu bisa aja hehe…”

“Eh sorry kamu dari kantor sebelah ya? (Ya ampyun masih nanya juga) Namana sapa siyy?”

“Woi lu bedua!!! Kalo mau pacaran di empang bukan di lapangan bola!” teriak bosku dengan tidak sabarnya.

“Ihhh emang elo! Pacaran di empang kayak pembokat aja… Kok ibu mau siyyyy… Suru modal dikit buuu…. Oh eke tau, biar gampang kan kalo mo boker hratizzz!!!” aku menjerit balik ke arah bosku, yang kontan disambut gelak tawa seluruh lapangan.

Pertandingan berakhir dengan skor… Brapa ya? Aduh lupa, ga penting deh (gak PENTING??), soalnya ini lagi deg-degan si ganteng itu nyamperin lagi setelah semua lagi beberes-beres.

“Um. Lady ya panggilannya? Kamu capek banget kayaknya, yuk aku anterin pulang?”

Ya namanya diajak, masak eike nolak rejeki ya? Tambah deg-degan.

Mandi berdua di bawah pancuran malam itu terasa sangat romantis. Aiyihhh…. Aya-aya wae. Keringat dan kotornya lapangan dibersihkan dengan air hangat abis ngerebus di panci tadi dan sabun batangan cap eLux (harus, karena Dian Sastro dong yaaaa).

Akhirnya aku berhasil melihat dan merasakan sendiri dengan jemari-jemariku yang lentik ini, betapa kokoh dan indahnya batang keperkasaan Ahmad, nama mas ganteng dari kantor sebelah itu.

Ya oliii, terimakasih dikasi kesempatan bersama dia. Ga hanya cakep dan badannya bagus, tapi itu lho, kentinya… rasanya ini adalah kenti terindah yang pernah aku sentuh dalam seumur hidupkyuuuu…

Bersiaplah kami berdua untuk beranjak ke peraduan (maksudnya ranjang siy). Olah bibirku tentu saja berhasil membuat keperkasaannya itu menjadi tambah tegang dan besar. OH… malam yang sempurna. Kini saatnya kami menjadi satu dengan blasteran Arab-Melayu ini. Akupun merambah ke atas tubuhnya yang indah, yang semuanya dihiasi otot-otot natural, yang tidak terlalu bergelembung-gelembung seperti Bang Arnol itu. Ah…

Aku semakin deg-degan. Apakah aku mampu menuntaskan tugas mulia ini. Aku tidak akan mengecewakanmu Ahmad-ku yang ganteng…

“Umm.. Mad… Mad.. Mana? Aku udah siap lho…”

“I.. iya sebentar…” ujarnya gugup sembari meracap kelelakiannya lagi. Kepala besarnya itu mengetuk-ngetuk gerbang kenikmatanku dengan lembut.

Wait. Ini terlalu lembut.

“Ayo Ahmad… Lady sudah menunggu ini…”

“I.. iya.. aduh kenapa sih ini…. Kok jadi lemes lagiiii”

Setengah jam dia mencoba. Dan mencoba. Dan mencoba lagi…

Akhirnya aku pasrah. Cape tangan. Cape rahang.

“Umm… Maap ya Lady… Kayaknya ini karena aku jarang Em-El deh, jadi aku grogi ginih…”

Huh.

Predikat Manuk Terindah yang barusan aku lekatkan nampaknya harus diberi imbuhan.

Piala Manuk Terindah

(dengan catatan kalo bisa dipergunakan ya).

Aaaaaa….. Mengapa? Mengapaaaaaa?

Sekali lagi Lady G berlari dijalan raya itu, mengejar sebuah minibus butut, keluar dari terowongan apa itu istilahnya. Hanya dengan selembar gaun mini berkilap-kilap, dan syal bulu-bulu ayam berwarna lembayung (lembayung lagi!).

“Mengapaaa? Aku begini….?”


Gambar merupakan properti dari Ilustrasi Lady Gagap © 2010

1 comment:

  1. bhuakakakakakakakakakakakakaka
    sarap!!! bikin ngakak abis ^_^!!!

    ReplyDelete