Tuesday, January 19, 2010

Naik Motor




Yeah! Akhirnya naik motor lagi si Lady G ini. Masa-masa boncengan ojek dah lama kali rasanya, pas jaman kuliahan dulu. Karir meningkat, bersyukur lah gue bisa menyicil kendaraan roda empat. Pastinya jadi agak kikuk mulainya, karena sang pengemudi motor besarnya kira-kira hanya ¾ kemasifan Lady G ini haha.

“Lady, pegangannya kenceng banget toh?” Ya maklum nek, kan eke takut jatoh ya. Mana high-heels ini susah nempel di pijakan pula. Baiklah gue longgarkan sedikit pegangannya. Beberapa menit adjustment, gue udah biasa aja (menurut gue), ga perlu mencengkeram pinggangnya dia lagi. Menikmati perumahan yang tenang. Diselingi kebun-kebun palawija.

“Skarang dah ndak pegang ginggang, panggulku malah dijepit pake pahanya…” dia berceloteh bercanda. Ya gimana ya bok, ini jeans ketat model pensil, yang ada njepit mulu bawaannya. Halah, ntar kalo udah gue jepit baru tau rasa loe.

Ndak sampai sepuluh menit kita akhirnya tiba di rumah kontrakan dia, somewhere out there. Malam ini “aman” katanya. Istri dan anaknya lagi di rumah mertua sampai wiken itu habis.

Rumah mungil yang rapih dan nyaman. Dihiasi pajangan-pajangan unik robot-robotan dari kartun jepang dan poster-poster anime yang tersusun indah. Si empunya rumah kemudian sibuk memanaskan air untuk secangkir kopi Nescafe.

Hanya menggunakan boxer, dia kemudian menyuguhi cangkir mengepul itu sembari membawa kripik kentang.

“Ada cuman ini nda papa yo?”

Mas ini ganteng. Mirip mantan gue si beruang bogel lucu itu. Cuman ini versi cungkringnya. Mukanya nakal. Lady G liked this. Orangnya banyol. Lady G liked this.

Dan orangnya gila di ranjang. Ra ra ra rrrra.

Orangnya wangi, ciumannya dasyat, foreplaynya menawan. Segala macam gaya dia cobalah.

“Kalo bini gue sukanya yang kayak gini nih…”

“Tapi kalo gue pribadi sukanya yang kayak gini…”

Wohooo.

Sumpe enak banget. Jarang banget gue bisa se-excited ini, se-menggelora ini. Mas ini pintar menggabungkan passion dan keliaran di tempat tidur (dan di dapur, dan di wc, dan di ruang tamu, dan di kebun belakang).

Akhirnya Lady G harus mengaku kalah.

“Istirahat dulu chuy, udah tiga jam…” sembari memantik rokok favorit gue yang sudah dia sediakan.

“Maaf ya Lady, aku memang mainnya lama. Istriku aja sering ngeluh kecapean”

Ya iyalah nek. Udah tiga jam dan diana belum tuntas satu kalipun!

“Oh ya? Kalo gitu gue kudu keluarkan jurus pamungkas nih” gue balesin dia.

“Apa?”

Langsung aja gue berangus barangnya dengan ganas dengan bibir sexy gue. Latihan di jalanan selama bertahun-tahun pasti ada hasilnya dong. Ah, perfect tool, perfect shape, perfect size. Biarlah Lady G menuntaskan tugas mulianya.

Ga sampai sepuluh menit kemudian dia akhirnya minta ampun dan menyerahkan keperjakaannya (yang mana dari mana?) kepada gue.

“Ah Lady, hebat banget sampeyan… Memang aku setuju, benar –benar senjata pamungkas itu yang barusan!” ucapnya terpuaskan, terengah-engah. Kok gue jadi inget iklan tamasya dari negri seberang, “Asia Sebenar-benarnya”.

Naik motor lagi deh abis itu. Portal sudah ditutup berjam-jam yang lalu.

“Kita lewat jalan satunya aja deh ya” ungkapnya. Ya mana ketehe. Ini kan daerah jajahan eloh. Gue tersenyum.

Naik motor menjelang subuh. Suasana sunyi senyap. Dihiasi kerikan jangkrik dan serangga berkaki lebih dari empat lainnya. Menghirup udara pagi yang segar. Menatap langit bersih penuh bintang. Melewati sawah-sawah yang tenang.

Diam-diam aku memeluknya di jalur sempit berlandaskan tanah merah itu. Merebahkan kepalaku yang lelah di punggungnya. Di atas motornya.

Perfect Ending.

Terimakasih atas pengalaman ini.




Gambar didapatkan dari Big Pictures Photo © 2010

No comments:

Post a Comment